Oleh :
Wagimin
Kita
sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menggapai rezeki dengan
berbagai potensi yang kita miliki. Kemampuan fisik kita mungkin tidak
ada yang meragukan dan meremehkan. Pemikiran kita sudah mendapatkan
bekal yang sangat cukup. Tak lupa juga kita senantiasa berdo’a. Tapi
mengapa kok rezeki susah banget kita dapatkan. Kita datangi, e.. dia
malah menjauh. Sudah ada di hadapan mata, mau kita ambil keburu di
duluan yang lain. Sudah ada tangan, tinggal mau menikmati, ada yang
merampas dengan kasar. Berlimpah rezeki sudah kita kumpulkan,
pengeluaran selalu lebih besar dari pada pemasukkannya. Tanpa diduga,
usaha yang dibangun puluhan tahun yang melimpah ruah dalam sekejap bisa
lenyap. Ada musibah alam yang tidak kita kehendaki. Ada juga krisis yang
melanda dunia yang berimbas juga terhadap usaha kita.
Kalau
sudah demikian, apanya yang salah. Apa sebabnya? Berikut bisa kita
renungkan, mungkin dan bisa jadi kita mengalami hal ini. Tahukah kita
bahwa :
Rasullah telah bersabda:
"Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya" (HR. Ahmad)
Saudaraku…
Tak bosan-bosannya kita bermaksiat, bergelimang dengan dosa. Sadarkah kita bahwa inilah yang menjadi penghalang rezeki itu.
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda :
"Wahai
segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada
Allah swt dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya.
Pertama,
tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka akan
tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada
orang-orang sebelum mereka.
Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi
takaran dan timbangan melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah
ekonomi dan kedurjanaan penguasa.
Ketiga, tidaklah suatu kaum
menolak membayar zakat melainkan mereka akam mengalami kemarau panjang.
Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.
Keempat,
tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji) melainkan akan
Allah swt utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang
mereka miliki.
Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka
meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an) melainkan akan Allah swt
jadikan permusuhan antar mereka."
Rasulullah saw juga bersabda :
"Jika engkau dapati Allah Azza wa Jalla memberikan limpahan kekayaan
kepada seorang hamba padahal hamba itu tetap berada di dalam
kemaksiatan, maka tak lain hal itu merupakan penundaan tindakan dari
Nya" (HR Ahmad)
Selanjutnya beliau (Rasulullah saw) membaca ayat yang
artinya : „Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS
Al-An'aam : 44)
Imam Ahmad meriwayatkan, Abi Rafi' bercerita
bahwa Rasulullah saw pernah melewati pekuburan Baqi. Lalu beliau
berkata, "Kotorlah engkau, cis ... !" Aku menyangka kiranya beliau
maksudkan diriku. Beliau bertutur, „Tidak, cuma inilah kuburan si fulan
yang pernah kuutus untuk memungut zakat pada bani fulan lalu dia mencuri
baju wol dan kini dia sedang dipakaikan baju yang serupa dari api
neraka.
Dalam shahih Muslim dikatakan bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda : "Penduduk yang di dunia begelimang kesenangan sementara dia
itu termasuk ahli neraka dihadirkan pada hari kiamat untuk kemudian
dicelup dengan celupan neraka. Kemudian kepada mereka dikatakan, „Hai
ibnu Adam, adakah kau lihat kebaikan ?" Dia menjawab, "Wallahi, tidak ya
Rabbi !" Dan manusia yang di dunia paling sengsara hidupnya sementara
dia itu calon penghuni surga akan dicelup dengan celupan surga. Lalu
kepada mereka akan dikatakan, "Hai ibnu Adam, adakah kau peroleh
kesengsaraan? Adakah kau temui kegetiran?" Dia menjawab, "Tidak, demi
Allah ya Rabbi, tidak kudapati sama sekali.""
Sedangkan dalam
shahih Muslim Rasulullah saw pernah bersabda tentang 3 golongan manusia
yang pertama diadili di hari akhir. Golongan pertama adalah mereka yang
mati syahid. Diantara mereka wajahnya tersungkur dan diseret ke neraka
karena ternyata perang yang telah dilakukannya semata-mata hanya agar
disebut pahlawan. Golongan kedua adalah orang yang sering membaca
Al-Qur'an, rajin menuntut ilmu dan senantiasa mengamalkan
pengetahuannya. Namun ternyata mereka juga tersungkur dan diseret ke
dalam nereka. Mengapa ? Karena ternyata mereka hanya ingin mendapat
gelar sebagai orang alim dan pintar.
Golongan ketiga adalah
seorang laki-laki yang seluruh kekayaannya dia korbankan. Tetapi
nasibnya sama dengan kedua golongan sebelumya, ia tersungkur dan diseret
ke neraka, karena ia melakukan itu agar dikatakan dermawan.
Saudaraku…..
Kita harus menyadari akan hal ini, bahwa kemaksiatan yang telah dilakukan merupakan penghalang rezeki.
Akal
kita juga tidak akan bisa menerima ilmu jika kita bermasiat, Imam
Syafi’i duduk di depan Imam Malik. Dia membacakan sesuatu yang membuat
Imam Malik kagum. Imam Malik sangat mengagumi kecepatannya dalam
menangkap pelajaran, kecerdasannya dan pemahamannya yang sempurna. Imam
Malik berkata, “Aku melihat, Allah telah meletakkan sinar dalam hatimu.
Jangan padamkan sinar itu dengan kegelapan maksiat.” Imam Syafi’i
menjawab, “Saya mengeluhkan hafalanku yang jelek kepada Waki’. Ia
menasehatiku untuk meninggalkan maksiat. Waki’ berkata, ‘Ketahuilah
bahwa ilmu itu anugerah dan anugerah Allah tidak diberikan kepada pelaku
maksiat.”
Saudaraku….
“Seorang mukmin jika berbuat satu
dosa, maka ternodalah hatinya dengan senoktah warna hitam. Jika dia
bertobat dan beristighfar, hatinya akan kembali putih bersih. Jika
ditambah dengan dosa lain, noktah itu pun bertambah hingga menutupi
hatinya. Itulah karat yang disebut-sebut Allah dalam ayat,“Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup
hati mereka." (HR Tarmidzi)
Saudaraku….
Bukankah kita telah mengikrarkan pengakuan kita sebagaimana dalam surat Al A’raaf ayat 172 yang artinya:
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang hamba mengucapkan di pagi dan sore hari sebanyak tiga kali,
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً
[Aku
rela Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad
shallallahu’alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul], melainkan sudah
menjadi hak Allah untuk meridhainya pada hari Kiamat." (HR. Ahmad)
Kita harus bisa istiqomah dengan keimanan kita. Allah Berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu." (QS. Fushshilat : 30)
Saudaraku…
Kita telah
menyadari apa yang telah kita lakukan selama ini. Kini saatnya kita
kembali kepada hakikat jalan yang sesungguhnya yang harus kita lalui.
Kita harus mengakui dan menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman kita
sebagaimana dalam QS. Al Baqarah ayat 2. Saatnya kita menapaki jalan
Islam, masuk ke dalam secara keseluruhan, kita celupkan diri kita ke
dalam nilai-nilai Islam.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari
Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan
kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila
mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan
apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.”
(HR. Imam Muslim)
Bila keimanan telah tertancap dan menghunjam
dalam diri. Segala hal apapun menjadi baik bagi kita. Kita akan melihat
segala sesuatunya dari kacamata iman. Kita akan bisa mengambil hikmah
dari setiap kejadian yang kita alami.
Saudaraku… Mari kita beriman dan bertaqwa!
Niscaya janji Allah itu benar. Mari kita buktikan. Mari kita menikmati hakikat kekayaan yang sesungguhnya.
"Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar
baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."
(QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A'raaf :
96)